Monday 6 December 2010

Takkan Ada Aku Lagi

Jika kau ingin aku pergi
aku akan pergi
pergi meninggalkan bayanganmu yg selalu hadir di setiap mimpi
pergi dari senyummu yg terus menghantui
pergi dari lakumu yg kadang sering mendusta janji

Bila ini yg kau mau
selamanya aku akan pergi
selamanya aku akan pamit tak kembali
selamanya takkan kau ku hampiri
selamanya dan selamanya

Jangan pernah kau sesali
jika kepergianku ini
suatu saat akan
membuat sesak dihati
menciptakan riak anak sungai di sudut pipi
menjadikan duniamu tak lagi warna-warni
menjadikan harimu tak lagi berseri
dan membuat malammu tak lagi bernyanyi

Biarlah pertemuan kita yg lalu
menjadi episode pahit
dalam sketsa kenangan hidup kita
walaupun hanya sekali yg mungkin terakhir kali

Sejatinya hati ini tak rela kau pergi
tapi itu ucap bibirmu
takkan ku menahan
dan takkan ada aku lagi

ليس الفراق كنت باكيا بل اللقاء كنت نادما

Sunday 5 December 2010

Pertemuan itu.......

Arah jarum jam menunjuk pukul sembilan
Waktunya pergantian kelas
Kelas itu....ya kelas itu, kelas dua sekolah dasar
Kelas yang berada di pojok dekat kantin sekolah

Diam seribu bahasa ketika melihat keanggunannya
Dia yang putih seputih awan
Rambutnya yang panjang agak kebarat-baratan
Tubuhnya yang tinggi menyempurnakan dirinya
Terbesit hati ini ingin menyapa, namun mengapa mulut ini seakan-akan terkunci....
Berharap hari ini akan terulang kembali
Untuk kembali melihat bibirnya yang merah merekah
Memandang tulang wajahnya yang indah terbungkus kulit putih
Menyaksikan gelak tawanya yang menawan
Mendengar suaranya yang lembut laksana sutra

Benarkah ini percik-percik cinta yang memabukkan....?

Cinta......
Adakah manusia yang mengaku dirinya bukan seorang pecinta?
Bagai pujangga mereka menebarkan kata-kata indah
Namun.....
Sesungguhnya cinta yang indah ialah cinta pertama
Tak lapuk sepanjang masa, indah terpatri di jiwa.

Keluhku

Letih raga ini
Mampu disaksikan oleh siapapun yg melihatnya
Saat diri ini rapuh,
Orang-orang disekeliling pun
Silih berganti hadir
Memberikan semangat dan motivasi
Menghadirkan tawa yg sempat hilang digerus kelelahan
Namun, letih hati cukuplah Rabb-ku yg tahu
Tak seorangpun berhak mendengarkan keluhan ini
kecuali Rabb-ku.

Tak boleh ada setetespun air mata yang mengalir
Dihadapan manusia yang hanya akan
Menimbulkan rasa iba yang tak aku butuhkan

Cukuplah Sang Maha Cinta yg menyaksikan Dia-lah sebaik-baik tempat mengadu
Cukuplah air mata ini menetes saat seluruh keletihan sudah menyesakkan dada
Cukuplah air mata ini mengalir saat memang aku ingin sendiri
Tak seorang pun melihat,
Tak seorang pun menyaksikan dan
Tak seorang pun iba terhadapku

Demi Rabb-ku.....
Karena yg hanya aku butuhkan hanya Dia
yang aku inginkan hanya motivasi dan
Belaian sayang dari-Nya untuk menghapus riak sudut mata ini.
Karna tak seorangpun mampu melakukannya
Sekalipun ia pasangan hidupku.

**dari sepupuku

Saturday 4 December 2010

Air Mata itu Bercerita

Menitikkan air mata hal yang lumrah dialami setiap orang
Ia jernih bagaikan embun pagi yang berkilauan diterpa Sang Mentari
Menghanyutkan rasa karena kedukaan, hati pun menjadi lara akan kesedihan
Lalu mata meluapkan derai tangisan, hingga tercipta nelangsa yang luruh kedukaan.

Air mata kadang bercerita akan indahnya kisah cinta dan bahagia, rasa haru dan nelangsa
Namun tak jarang tercurah dan hanyut dalam sedu sedan penyesalan belaka
Berbagai kisah ia torehkan di pipi
Air mata bisa membuat seseorang menjadi lega dari semua permasalahan yang diderita, membuat hati semakin tentram, membuat beban terasa ringan
Karenanya, berapa banyak untaian kisah yang terlahir dari setiap tetesannya.


Air mata laksana hujan yang jatuh dari langit
Pada lahan hati yang tandus, gersang, kering kerontang
Tetesannya melunakkan hati dan jiwa yg keras membatu
Melenyapkan kegersangan hati dan jiwa, serta qalbu yang merekah karna berbagai nista perlahan pupus.


Air mata kadang juga mengalir
karena pelajaran sebuah makna ketegaran jiwa

Menunggu Melelahkan Jiwa

Sore itu yang indah
Melangkah pasti ke arah yang dituju
Entah mengapa hati ini tak berdusta untuk melangkah kepadanya
Kata hati selalu ingin bertemu dengannya
Ingin rasanya mengulang hari yang kemarin
Melihat dirinya tersenyum melambai

Ketika raga ini sampai ditujuan
Berharap kehadirannya di surau yang usang
Langit terang pun berganti gelap
Menunggu memang melelahkan jiwa
Seseorang yang dinanti pun entah dimana gerangannya
Menunggu memang sering menyakitkan
Memberikan warna kebosanan
Mengernyitkan dahi di pipi
Kadang juga menggores luka didada
Serta bisa menciptakan lubang jantung hati yg dalam

Pupus sudah segala harap
Melukai semua impian harapan
Menunggu seseorang tak kunjung datang
Mungkin takkan pernah datang


Menunggu.....
Itulah satu kata yang melelahkan jiwa
Entah berapa banyak korban tercipta karenanya
Kawan, janganlah pernah membuat temanmu menanti yang tak pasti
Hingga jiwa ini menciptakan serpihan kegelisahan yang memilukan